TEORI EKONOMI
Konsep Budget dan Kepuasan Optimal
Nama : Ade Melisa
NPM : 20212126
Kelas : SMAK06-3
Universitas Gunadarma
Konsep budgeting menurut Senduk (2000) suatu proses untuk
mencapai tujuan-tujuan keuangan baik jangaka pendek maupun jangka panjang
dengan merencanakan keuangan yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan
tersebut bisa dilakukan dengan menabung , melakukan investasi, atau
mengukur sumber daya keuangan yang dimiliki. Dalam konteks ini budgeting adalah suatu
konsep bagaimana mengelola sumber daya yang ada dan terbatas untuk mendapatakan
kepuasan yang optimal . Oleh karena itu munculah teori perilaku Konsumen
·
Perilaku konsumen
pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen
mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam memuaskan keinginan atau
kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Dalam teori perilaku konsumen terdapat
dua pendekatan utama untuk melakukan analisis mengenai perilaku konsumen dalam
menikmati barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya. Dua pendekatan
tersebut adalah pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.
a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Pendekatan kardinal merupakan gabungan dari beberapa
pendapat para ahli ekonomi aliran subjektif seperti Herman Heinrich Gossen
(1854), William Stanley Jevons (1871), dan Leon Walras (1894). Pendekatan
kardinal dapat dianalisis dengan menggunakan konsep utilitas marjinal (marginal
utility). Asumsi dalam pendekatan ini antara lain:
- konsumen bertindak rasional (ingin memaksimalkan kepuasan sesuai dengan batas anggarannya);
- pendapatan konsumen tetap;
- uang memiliki nilai subjektif yang tetap.
Menurut pendekatan kardinal utilitas suatu barang dan
jasa dapat diukur dengan satuan util. Contoh, sebuah raket akan lebih berguna
bagi pemain tenis dari pada pemain sepak bola. Namun bagi pemain sepak bola,
bola akan lebih berguna daripada raket. Beberapa konsep mendasar yang berkaitan
perilaku konsumen melalui pendekatan kardinal adalah konsep utilitas total
(total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Utilitas total adalah
yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara
keseluruhan. Adapun utilitas marjinal adalah pertambahan utilitas yang
dinikmati oleh konsumen dari setiap tambahan satu unit barang dan jasa yang
dikonsumsi.
Sampai pada titik tertentu, semakin banyak unit
komoditas yang dikonsumsi oleh individu, akan semakin besar kepuasan total yang
diperoleh. Meskipun utilitas total meningkat, namun tambahan (utilitas) yang
diterima dari mengonsumsi tiap unit tambahan komoditas tersebut biasanya
semakin menurun.
Hal tersebut yang mendasari hukum utilitas marjinal
yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility). Menurut hukum
ini jumlah tambahan utilitas yang diperoleh konsumen akan semakin menurun
dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa tersebut. Hukum tersebut
diperkenalkan pertama kali oleh H.H. Gossen (1810–1858), seorang ahli ekonomi
dan matematika Jerman, dan selanjutnya hukum ini dikenal dengan nama Hukum
Gossen I. Sebagai contoh, jika Anda dalam keadaan haus, segelas teh manis atau
dingin akan terasa sangat menyegarkan, gelas kedua masih terasa segar, sampai
gelas ketiga mungkin Anda merasa kekenyangan bahkan mual. Contoh di atas
memperlihatkan turunnya utilitas total sampai pada tingkat tertentu.
Contoh tersebut akan lebih jelas dengan menggunakan data kuantitatif, seperti Tabel 1.
Kuantitas Barang
yang Dikonsumsi (unit)
|
Total Utility (TU)
(util)
|
Marginal Utility
(MU) (util)
|
0
|
0
|
-
|
1
|
4
|
4
|
2
|
7
|
3
|
3
|
9
|
2
|
4
|
10
|
1
|
Dari Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total (TU)
meningkat sejalan dengan kenaikan konsumsi, akan tetapi dengan laju pertumbuhan
yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal (MU) semakin menurun sejalan
dengan adanya kenaikan konsumsi. Jika seseorang mengkonsumsi dua unit barang,
utilitas marjinalnya adalah 7 – 4 = 3 util, dan jika mengonsumsi tiga unit
barang, utilitas marjinalnya adalah 9 – 7 = 2 util, begitu seterusnya.
Tabel 1. dapat digambarkan dalam Kurva 1. yaitu
sebagai berikut.
Dari Kurva 1. terlihat bahwa utilitas total meningkat
seiring dengan bertambahnya konsumsi, akan tetapi dengan proporsi yang semakin
menurun. Adapun utilitas marjinal dari setiap tambahan barang akan menurun
sejalan dengan meningkatnya konsumsi. Selanjutnya kebutuhan manusia tidak hanya
terdiri atas satu atau dua kebutuhan, tetapi berbagai jenis kebutuhan. Oleh
karena itu, bagaimana manusia dapat mengatur kebutuhannya untuk memuaskan
kebutuhan atas berbagai jenis barang atau jasa? Gossen menjelaskan bahwa konsumen
akan memuaskan kebutuhan yang beragam tersebut sampai memiliki tingkat
intensitas yang sama.
Dengan tegas, Gossen menyatakan bahwa konsumen akan
melakukan konsumsi sedemikian rupa sehingga rasio antara utilitas marjinal dan
harga setiap barang atau jasa yang dikonsumsi besarnya sama. Selanjutnya,
pernyataan ini dikenal dengan Hukum Gossen II.
Hukum Gossen II menunjukkan adanya upaya setiap orang
untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhannya berbanding harga barang hingga
memperoleh tingkat optimalisasi konsumsinya. Dengan tingkat pendapatan tertentu
seorang konsumen akan berusaha men dapatkan kombinasi berbagai macam kebutuhan
hingga rasio antara utilitas marjinal (MU) dan harga sama untuk semua barang
atau jasa yang dikonsumsinya.
b. Pendekatan
Ordinal (Ordinal Approach)
Pendekatan ordinal kali pertama diperkenalkan oleh Francis Edgeworth dan Vilfredo Pareto. Asumsi yang dipergunakan dalam pendekatan ini antara lain:
- konsumen bertindak rasional (ingin memaksimumkan kepuasannya);
- konsumen memiliki pola pilihan (preferensi) terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya (pilihan) nilai guna;
- konsumen memiliki sejumlah uang tertentu;
- konsumen konsisten dengan pilihannya. Jika ia memilih A dibanding B, memilih B dibanding C, maka ia akan memilih A dibanding C.
Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu
barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat
urutan tinggi rendahnya utilitas yang di peroleh dari mengonsumsi sejumlah
barang atau jasa. Selanjutnya konsumsi dipandang sebagai upaya optimalisasi
dalam konsumsinya.
Pendekatan ordinal dapat dianalisis dengan menggunakan
kurva indiferen (indifference curve) dan garis anggaran ( budget line).
1) Kurva Indiferen
Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan
kombinasi dua macam barang konsumsi yang memberikan tingkat utilitas yang sama.
Seorang konsumen membeli sejumlah barang, misalnya, makanan dan pakaian dan
berusaha mengombinasikan dua kebutuhan yang menghasilkan utilitas yang sama,
digambarkan dalam Tabel 2. yaitu sebagai berikut.
Situasi
|
Makanan
|
Pakaian
|
A
|
4
|
2
|
B
|
3
|
4
|
Apabila konsumen menyatakan bahwa.
a) A>B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli
pakaian 2 kali setahun lebih berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan
3 kali sehari dan membeli pakaian 4 kali setahun.
b) A<B, berarti makan 3 kali sehari dengan membeli
pakaian 4 kali setahun lebih berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan
4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun.
c) A=B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli
pakaian 2 kali setahun dan makan 3 kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali
setahun memberikan utilitas yang sama kepada konsumen.
Contoh situasi tersebut dapat digambarkan dalam kurva
indiferen sebagaimana ditunjukkan dalam kurva 2.
Dari Kurva 2. terlihat bahwa dengan memperoleh lebih
banyak barang yang satu akan menyebabkan kehilangan sebagian barang yang lain.
Kombinasi makanan dan pakaian yang memberikan utilitas sama digambarkan sebagai
kurva indiferen.
Ciri-ciri kurva indiferen adalah sebagai berikut.
a) Turun dari kiri atas ke kanan bawah, hal ini
berakibat pada terjadinya keadaan yang saling meniadakan (trade-off), yaitu
jika konsumen ingin menambah konsumsi atas satu barang, ia harus mengurangi
konsumsi atas barang lainnya.
b) Cembung ke arah titik asal (angka 0), yang
menunjukkan jika konsumen menambah konsumsi satu unit barang, jumlah barang
lain yang dikorbankan semakin kecil. Dalam analisis ilmu ekonomi hal ini sering
disebut sebagai tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution atau
MRS), yaitu tingkat ketika barang X bisa disubstitusikan dengan barang Y dengan
tingkat utilitas yang tetap.
c) Kurva indiferen tidak saling berpotongan.
d) Jika kombinasi barang yang dikonsumsi memiliki
kualitas yang semakin banyak, maka akan memberikan utilitas yang semakin tinggi
yang ditunjukan oleh kurva indiferen yang semakin menjauhi titik 0.
Kurva indiferen digagas pertama kali oleh ekonom
kelahiran Irlandia, Francis Edgeworth (1845-1926) dan ekonom kelahiran Italia,
Vilfredo Pareto (1848-1923). Mereka berdua menyatakan bahwa pendekatan ordinal
seharusnya membentuk basis analisis ekonomi ketimbang pendekatan kardinal.
Edgeworth dan juga Pareto mengembangkan perangkat analisis yang sekarang
disebut kurva indeferen (indifference curve).
2) Garis Anggaran ( Budget Line)
Adanya keterbatasan pada pendapatan akan membatasi
pengeluaran konsumen untuk mengonsumsi sejumlah barang. Hal ini digambarkan
dalam garis anggaran ( budget line), yaitu garis yang menunjukkan berbagai
kombinasi dari dua macam barang yang berbeda oleh konsumen dengan pendapatan
yang sama.
Persamaan garis anggaran adalah:
I = Px.X + Py.Y
Misalnya seorang konsumen mengonsumsi barang X dan Y,
harga barang X (Px) dan harga barang Y (Py) adalah Rp1.000,00 dan pendapatan
konsumen (I) pada saat itu adalah Rp10.000,00 dan semuanya dibelanjakan untuk
barang X dan Y.
Jika konsumen membelanjakan semua pendapatannya untuk
barang Y, dia dapat membeli sebanyak 10 unit barang X , hal tersebut ditunjukkan
oleh titik A. Sebaliknya jika konsumen membelanjakan semua pendapatannya untuk
barang X, dia dapat membeli sebanyak 0 unit barang Y , ditunjukkan oleh titik B.
Menghubungkan titik A dan B dengan suatu garis lurus dapat diperoleh garis
anggaran AB yang memperlihatkan kombinasi yang berbeda dari dua jenis barang
yang dapat dibeli konsumen dengan tingkat pendapatan yang terbatas. Selanjutnya
untuk mengetahui pada saat kapan konsumen optimalisasi dalam mengkonsumsi
secara optimal, yaitu pada saat kurva indiferen (IC2) bersinggungan
dengan garis anggaran (AB), terjadi di titik (E). Adapun kurva indiferen (IC1)
dan kurva indiferen (IC3) merupakan kurva yang tidak diharapkan oleh
konsumen, karena kurva-kurva tersebut tidak menunjukkan keseimbangan barang dan
jasa yang dikonsumsi.
Sumber :
Id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar